Jambislot Oleh Pemilik Indonesia

Jambislot Oleh Pemilik Indonesia

Bukan milik Dude Harlino

Beberapa tahun ini, sempat ada rumor yang mengatakan kalau pemilik Roti'O adalah aktor dan model Indonesia, Dude Harlino. Rumor ini muncul karena Dude Harlino sering muncul di seluruh media pemasaran Roti'O, mulai dari di media sosial hingga papan iklan di gerai.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Namun, sebenarnya Dude Harlino hanya merupakan brand ambassador Roti'O dan bukan pemilik sebenarnya. Jika melihat akun Instagram Roti'O, Dude memang sering muncul di setiap unggahan untuk mempromosikan brand roti ini.

Pada bio Instagram Dude Harlino, dia juga memasukkan Roti'O sebagai salah satu brand yang menjalin kerja sama sebagai brand ambassador dengannya.

Baca Juga: Siapa Pemilik Pristine? Ini Profil dan Perjalanan Kariernya

-- Kehadiran toko waralaba 7-Eleven pada 2009 sempat membuat ramai persaingan bisnis ritel di Indonesia.

asal Amerika Serikat itu masuk ke Indonesia menawarkan konsep bisnis ritel yang inovatif dan belum berkembang di Indonesia.

Namun, siapa sebenarnya pemilik lisensi 7-Eleven di Indonesia?

Izin 7-Eleven Indonesia saat ini bernaung di bawah PT Modern Sevel Indonesia yang merupakan entitas anak usaha dari PT Modern Internasional Tbk. Posisi Presiden Direktur Modern Internasional ini saat ini dipegang oleh Sungkono Honoris, seorang pengusaha kelahiran Makassar tahun 1951.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PT Modern Internasional Tbk pertama kali sendiri didirikan pada 12 Mei 1971, dengan nama awal PT Modern Photo Film Company dengan fokus bisnis bidang fotografi. Tahun 1988, perusahaan sempat mendirikan Fuji Image Plaza sebagai pemegang hak distribusi Fuji Film di Indonesia.

Pada 1991, perusahaan kemudian mulai melakukan Penawaran Umum Perdana Saham di pasar saham. Enam tahun berjalan sebagai perusahaan publik, Sungkono kembali mengubah nama perseroan menjadi PT Modern Photo Tbk pada 1997. Perusahaan juga berhasil mendapat lisensi sebagai distributor tunggal peralatan dokumentasi dan fotokopi asal Jepang, Ricoh.

Setelah 40 tahun menjadi distributor Fuji Film di Indonesia, pada tahun 2000 era digital mulai marak dan produk rol film mulai ditinggalkan oleh konsumen. Keluarga Honoris pun mulai memutar otak untuk mempertahankan bisnisnya agar tetap hidup.

Pendirian toko waralaba 7-Eleven di Indonesia pun akhirnya dianggap sebagai peluang emas bagi perusahaan tersebut.

Pada tahun 2007, Sungkono mengubah nama perseroan menjadi PT Modern Internasional Tbk. Ia kemudian pada 2008 berangkat ke kantor pusat 7-Eleven di Dallas, Texas Amerika Serikat untuk menandatangani perjanjian awal

Master Franchise gerai 7-Eleven.

Satu tahun kemudian, Modern Internasional mendirikan anak usaha yakni PT Modern Putra Indonesia dan menunjuk Henri Honoris sebagai Direktur Utama. Entitas bisnis ini secara resmi menggenggam hak pendirian 7-Eleven di Indonesia. Gerai 7-Eleven pertama di Indonesia pun resmi didirikan di Bulungan, Jakarta Selatan di bawah naungan lisensi anak usaha.

Foto: (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)

Di tangan Henri lah, Sungkono mempercayakan keberlangsungan bisnis waralaba yang terkenal dengan produk minuman Slurpee itu. Pria kelahiran Jakarta 42 tahun silam itu merupakan lulusan Busines Administration in Marketing and Finance di Universitas Seattle Amerika Serikat.

Ia mengawali karier dengan bekerja di Fuji Photo Film di New York, Amerika Serikat sebagai

(1998-2000). Kemudian ia melanjutkan karier sebagai assistant manager di PT Modern Indolab (2002-2003). Kariernya makin melejit ketika ia juga merangkap sebagai Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia yang saat ini telah bersulih nama menjadi PT Modern Sevel Indonesia (MSI)

Namun bisnis 7-Eleven di Indonesia harus berakhir pada akhir bulan ini. Sesuai pengumuman dari PT Modern Internasional Tbk, seluruh gerai 7-Eleven resmi ditutup pada akhir Juni kemarin.

Penutupan gerai disebut terpaksa dilakukan Modern Internasional antara lain karena gagalnya akuisisi 7-Eleven yang sebelumnya akan dilakukan PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI). Nilai akuisisi waralaba tersebut sebelumnya ditaksir mencapai Rp1 triliun.

Dalam laporan keuangan MSI, pada 2014 berhasil mengantongi penjualan sebesar Rp 971,8 miliar. Perseroan pun masih bisa mengantongi laba operasi sebesar Rp 83,8 miliar dan laba tahun berjalan sebesar Rp 5,18 miliar.

Namun pada 2015 penjualan MSI mulai menurun ke level Rp 886,15 miliar. Kala itu perseroan mengalami kerugian operasional Rp 49,58 miliar dan rugi tahun berjalan sebesar Rp 127,7 miliar.

Kinerja MSI semakin terpuruk pada 2016, tercatat penjualan semakin turun menjadi Rp 675,27 miliar. Rugi operasional juga semakin besar menjadi Rp 695,78 miliar dan rugi tahun berjalan meningkat ke level Rp 554,87 miliar.

Please verify before continuing

Roti'O menjadi salah satu merek makanan yang populer di Indonesia. Merek roti ini terkenal dengan aromanya yang sering menarik perhatian orang-orang saat lewat di depan outlet-nya. Roti'O bisa dijadikan sebagai makanan utama maupun camilan.

Menu sederhana berupa roti bulat beraroma kopi dan berisi mentega ini justru menjadi favorit banyak orang. Saat ini, gerai Roti'O juga sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Lombok, NTT, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, hingga Maluku.

Banyak yang penasaran sebenarnya siapa pemilik Roti'O? Apakah benar isu yang mengatakan kalau Dude Harlino merupakan pemiliknya? Cari tahu jawabannya di artikel ini!

Perkembangan Dufan hingga saat ini

Hingga saat ini, Dufan dikenal sebagai taman hiburan populer di kalangan masyarakat. Dengan menawarkan lebih dari 30 wahana, pengunjung bisa merasakan pengalaman tak terlupakan di sana.

Selain menjadi pusat hiburan outdoor, Dufan juga termasuk kawasan edutainment fisika terbesar di Indonesia.

Anda akan dimanjakan dengan Fantasi Keliling Dunia lewat permainan berteknologi tinggi yang terbagi menjadi sembilan kawasan.

Fasilitas umumnya juga lengkap dan nyaman sehingga dapat menunjang aktivitas Anda selama di sana.

Tidak hanya pilihan wahana yang bervariasi, Dufan juga dikenal dengan maskotnya berupa kera Bekantan yang berasal dari Kalimantan. Maskot tersebut diberi nama Dufan untuk laki-laki dan Dufi untuk karakter perempuan.

Keduanya memiliki kostum jumpsuit berwarna biru dan merah muda. Pada bagian kepala, terdapat hiasan topi dan pita lucu.

Sebagai informasi, Dufan bisa dikunjungi setiap hari mulai dari pukul 10.00 sampai 17.00 WIB. Harga tiketnya bervariasi dan bisa dibeli mulai dari Rp260 ribu untuk tiket regular pada hari kerja.

Itu dia ulasan mengenai siapa pemilik Dufan hingga sejarah pendirian salah satu taman hiburan terbesar di Indonesia. Tertarik untuk berlibur ke Dufan?

Video: Daya Tahan Bisnis Consumer Saat Daya Beli Warga Turun

Dunia Fantasi atau lebih dikenal Dufan adalah salah satu Taman Hiburan terbesar di Indonesia. Ada berbagai macam wahana menarik, baik wahana raham anak hingga wahana yang memacu adrenalin bisa dicoba di sana.

Berada di kawasan Ancol, Dufan seringkali didatangi pengunjung dari berbagai daerah. Terlebih saat musim liburan, jumlah pengunjung bisa lebih banyak dari hari biasa.

Meskipun tempatnya banyak dikenal orang, tidak banyak yang tahu mengenai pemilik Dufan.

Ingin tahu siapa pemilik Dufan? Simak pemegang saham mayoritas hingga sejarahnya yang menarik untuk diketahui.

Di kalangan masyarakat, tidak jarang pertanyaan siapa pemilik Dufan bermunculan dan menjadi topik yang banyak dicari.

Kepemilikan Dufan merupakan bagian dari Ancol ternyata berada di bawah naungan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).

Perusahaan tersebut merupakan perusahaan gabungan antara Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta dengan Ciputra Group.

Pada tanggal 10 Juli 1992, kepemilikan saham Jaya Ancol sebesar 80 persen dimiliki oleh Pemda Jakarta dan 20 persen dimiliki PT Pembangunan Jaya.

Dilansir situs korporat.ancol.com, kepemilikan saham mayoritas terkini masih dipegang oleh Pemda Jakarta dengan total 72 persen. Di sisi lain, PT Pembangunan Jaya memiliki 18 persen dan sisanya 10 persen dimiliki oleh publik.

Maka dari itu, kepemilikan Dufan berdasarkan kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Pemda Jakarta dan PT Pembangunan Jaya Ancol yang melibatkan pihak swasta, Ciputra Group.

Dilihat dari sejarahnya, kawasan Ancol ternyata telah dilirik oleh Gubernur Hindia Belanda, Adriaan Valckenier di awal abad ke-17. Ia melihat potensi pengembangan destinasi wisata di wilayah tersebut.

Mengingat fokus pemerintah saat itu masih berfokus pada perang kemerdekaan, pengembangan wisata Ancol tertunda. Seiring berjalannya waktu, proyek pengembangan kawasan wisata Ancol kembali baik.

Pada masa pemerintahan Presiden Ir. Soekarno, ia menunjuk Dr. H. Soemarno, Gubernur Jakarta saat itu untuk mengembangkan Ancol sebagai destinasi wisata pada Desember 1965.

Pembangunan area tersebut terus berjalan sampai pada tahun 1966 yang berada di bawah kepemimpinan Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta.

Untuk mempercepat pembangunan, proyek Ancol dialihkan kepada Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) yang menjadi cikal bakal PT Pembangunan Jaya.

Tepat pada tanggal 29 Agustus 1985, taman hiburan Dufan resmi dibuka untuk aman. Di bulan Februari 2017, tempat tersebut telah memiliki sertifikat ISO 9001:2015.

Berbeda dengan Rotiboy

Banyak yang mengira kalau Roti'O sama dengan Rotiboy karena keduanya menjual produk makanan yang mirip. Kenyataannya, Roti'O merupakan perusahaan yang berbeda dari Rotiboy.

Roti'O adalah merek makanan asli Indonesia di bawah PT Sebastian Citra Indonesia yang membuka gerai pertamanya pada 23 Mei 2012. Sedangkan Rotiboy adalah brand makanan asal Malaysia milik Hiro Tan yang berdiri pada April 1998.

Pada 2000, lisensi franchise Rotiboy memang sempat dibawa oleh PT Bintang Indo Jaya untuk masuk ke Indonesia. Sejak saat itu, Rotiboy mulai dikenal di Indonesia dan dijual di berbagai daerah. Namun, pada 2012, PT Bintang Indo Jaya melepas lisensi tersebut.

Nah, itulah informasi pemilik Roti'O, merek roti yang populer di Indonesia. Jadi laper, gak?

Baca Juga: 15 Ide Franchise Makanan Terbaru dan Terlaris 2024

Jakarta, CNBC Indonesia -  Aktivitas promo minuman yang dilakukan Holywings menuai kontroversi dan menjadi perkara hukum karena tersangkut masalah agama.

Seperti diketahui, Holywings sempat heboh karena rencana promo minuman untuk mereka yang bernama Muhammad dan Maria. Dampak dari kasus tersebut, enam orang staf Holywings sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Mereka dijerat pasal berlapis, yakni Pasal 14 Ayat 1 dan Ayat 2 UU RI No 1 Tahun 1946 dan juga Pasal 156 atau Pasal 156 a KUHP. Kemudian Pasal 28 Ayat 2 UU RI No 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU RI No 11 Tahun 2008 tentang ITE. Adapun ancaman maksimal 10 tahun kurungan penjara.

Lalu yang banyak menjadi pertanyaan publik adalah siapa sebenarnya pemilik dari Holywings?

Holywings didirikan oleh Ivan Tanjaya selaku Co-Founder bersama Eka Setia Wijaya. "Nggak langsung Holywings. Saya nyoba F&B (dulu), itu namanya Kedai Opa. Saya berdua sama Eka (salah satu pemilik Holywings). Berdua sama Eka di Kelapa Gading itu tiga bulan konsepnya nasi goreng," ungkap Ivan, dikutip dari Detik.com, Senin (27/6).

Namun, kedai tersebut hanya bertahan selama tiga bulan. Setelah itu, Ivan dan Eka mengubah konsep bisnis dari Kedai Opa menjadi Holywings. "Pada saat itu saya pikir, kalau saya 'geber' (Kedai Opa) mati nih. Setelah itu saya sama Eka berpikir kami ganti konsep total sesuai apa yang saya belajar dari China, minum sambil makan sambil live music," jelas Ivan.

Holywings pun terus berkembang sampai sekarang. Bahkan, pengacara kondang Hotman Paris dan artis Nikita Mirzani tertarik menjadi investor. Keduanya resmi menjadi pemegang saham Holywings sejak Mei 2021 lalu. Namun, manajemen tak membeberkan rincian berapa dana yang dikucurkan Hotman dan Nikita untuk Holywings.

Saksikan video di bawah ini:

Siapa pemilik Roti'O?

Roti'O merupakan merek roti bulat yang terkenal di Indonesia. Usut punya usut, brand Roti'O dimiliki oleh PT Sebastian Citra Indonesia yang pertama kali berdiri pada 23 Mei 2012 di Stasiun Kota, Jakarta Pusat. Namun, tidak ditemukan informasi tentang siapa pemilik saham atau petinggi PT Sebastian Citra Indonesia.

Saat ini, Roti'O mudah ditemukan di berbagai tempat seperti stasiun, bandara, hingga pusat perbelanjaan. Menu yang ditawarkan juga tak aneh-aneh, yaitu Roti'O itu sendiri, beberapa pastry dengan harga Rp15-20 ribu, minuman dingin dan panas, serta es krim.