Ayam Panggang Bu Melati Kota Semarang

Ayam Panggang Bu Melati Kota Semarang

Warung Ayam Bakar Mbak SRIono

https://www.youtube.com/embed/PdIP8XpwCmo

Terletak di sekitar Stadion Gajayana, tepatnya di Jl. Tangkuban Perahu No.23, Kauman, Kec. Klojen, Warung Mbak SRIono buka mulai dari pukul 10 siang sampai pukul 10 malam. Merupakan reinkarnasi dari ayam panggang legendaris Mak Nyik Sun yang buka di sekitar Kayutangan sejak 1970an, kini warisan Mak Nyik Sun diteruskan oleh pegawai setianya yaitu Ibu Sri Handayani beserta suaminya, Pak Ono.

Warung Mbak SRIono ini menyajikan beraneka ragam masakan mulai dari ayam panggang yang menjadi primadona, sate usus sapi, usus ayam, ati ampela sapi, bebek panggang, bali tahu, dan telur, juga ada sayur urap.

Untuk seporsi nasi ayam panggang, kalian cukup merogoh kocek sebesar Rp22.000,00 saja.

Ayam Bakar Sekar Melati

Masakan khas Jawa yang terdiri dari ayam yang dibakar dengan bumbu rempah-rempah pilihan, sambal kecap yang pedas manis, dan nasi putih hangat. Dilengkapi dengan lalapan segar seperti timun, daun kemangi, dan kol. Ayam Bakar Sekar Melati sangat cocok dihidangkan untuk menu berbagai acara, baik untuk santap siang maupun makan malam. Rasanya yang lezat dan autentik membuatnya menjadi pilihan favorit banyak orang.

"Masyarakat Indonesia memang umumnya tidak suka membaca"! Entah sudah berapa kali topik ini saya ulas di blog, hingga kini pendapat tersebut tak pernah berganti. Tobat dah! Sejak saya aktif di Instagram, kini lebih banyak pencari resep beralih ke IG, hanya pembaca setia saja artinya mereka yang memang suka membaca akan tetap berkunjung ke blog. Para pencari resep ini umumnya akan langsung menuju ke slide gambar yang saya sajikan di IG, tak perduli dengan apa yang saya tuliskan di caption. Padahal caption terkadang sama pentingnya dengan gambar, karena disini saya sering memasukkan koreksi resep (yang tidak bisa dirubah di gambar), tips dan informasi seputar resep atau link menuju postingan lain yang berkaitan dengan resep. Selalu ada yang bertanya hal yang sudah dijelaskan di caption. Ini artinya, caption yang susah payah saya tuliskan tak sedikitpun dilirik.  Contohnya kemarin, baru saja resep nasi goreng tom yum diposting dengan caption berisi link menuju cara membuat homemade saus tom yum (tom yum paste), langsung dua orang mengajukan pertanyaan, "Mbak, saus tom yumnya merk apa"? Bagaimana rambut saya yang lurus seperti ijuk ini tidak langsung berubah keriting? 😐 Dulu saya akan menjelaskan panjang lebar jika, "Sausnya homemade, bisa dicek resepnya di link bla bla bla", kini saya langsung menjawab, "Cek caption." Sebenarnya saya ingin menambahkan lima tanda seru dibelakang kalimat itu, tapi akhirnya hanya bisa menghela nafas gondok sendiri.

Tak heran jika ada food blogger yang berbagi resep di Instagram sering memuat postingan khusus untuk menuliskan peringatan agar  followernya membaca caption. Dulu saya sering menemukan kasus ini di blog, komentar yang menanyakan resep padahal jawaban atas pertanyaan tersebut ada di artikel pendahuluan yang menyertai. Tapi kini sudah tidak ada lagi yang melakukan hal tersebut, kemungkinan besar karena pencari resep ini sudah beralih ke IG dan ogah melihat blog yang bertele-tele dengan cerita. Saya tidak mengatakan ini hal yang bagus, karena toh saya masih harus menjawab pertanyaan menyebalkan yang sama, hanya kini berubah lokasinya saja. "Malas mencari informasi" adalah hal lainnya yang saya perhatikan. Google adalah sarana yang sangat umum untuk mencari informasi apapun saat ini, bahkan keponakan saya, Ellan, yang berusia 7 tahun jago dengan ini. Apapun bisa kita temukan di Google, yang diperlukan hanyalah menggebah rasa malas, membuka browser dan mengetikkan kata. Ada ribuan bahkan jutaan artikel berhubungan yang akan disajikan, dan kita bisa sepuas-puasnya mengeksplore informasi yang diperlukan. Tapi selalu ada yang bertanya satu topik yang sebenarnya bisa dicari di Google. Saya pribadi, daripada bertanya dan membutuhkan waktu lama untuk dijawab, lebih baik langsung dicari sendiri jika ada informasi yang diperlukan. "Mbak apa sih manfaat bit?" Bukankah akan lebih afdol jika pertanyaan tersebut diketikan di Google daripada ditanyakan ke saya? Karena saya sendiri kemudian harus mengeceknya di Google untuk menjawabnya. Tentu saja, tentu saja, saya bisa saja menjawab, "Googling", tapi please, apakah googling pun harus diingatkan? Tidakkah kita tergelitik sendiri untuk segera kesana jika ada topik yang membuat penasaran?

Pertanyaan yang paling sering adalah mengenai konversi, dan pagi ini saya baru saja mendapatkannya. "50 gram oatmeal berapa cup ya Mba?" Ada ratusan website yang menyediakan informasi konversi, yang diperlukan hanyalah memberikan kata kunci perintah agar jawaban yang kita inginkan disajikan. Karena website konversi umumnya berbahasa Inggris maka tentu saja kata kuncinya harus menggunakan bahasa tersebut. Untuk menjawab pertanyaan itu saya sendiri harus mengetik kalimat '50 grams oatmeal in cup' dan jawabannya akan langsung dihadirkan lengkap hingga ke ukuran ons sampai 3/4 cup. Begitu juga jika kita hendak mengkonversi bahan-bahan resep lainnya, misal '1 cup butter in grams' atau '1 cup milk in ml'. Tidak membutuhkan kalimat dalam bahasa Inggris yang ruwet, hanya basic simple English yang juga bisa kita terjemahkan di Google translate. Teknologi sudah sedemikian ramahnya memberikan kita informasi apapun yang dibutuhkan dengan cepat, lumayan akurat, dan detail, yang diperlukan dari kita hanya kemauan untuk mencarinya dan tentu saja koneksi internet. Tapi jika kita bisa terhubung di Instagram maka koneksi internet tentunya bukanlah satu masalah besar bukan?

Mengapa begitu susahnya membudayakan kebiasaan membaca? Bukankah informasi dari belahan dunia lain akan lebih mudah dijangkau dan wawasan kita yang secuplik ini akan terbuka? Mengapa begitu rendahnya tingkat curiosity kita akan sesuatu hingga kita lebih suka bertanya hal-hal sepele yang sebenarnya mudah ditemukan jawabannya di internet? Saya terkadang terheran-heran sendiri dan amazed dengan kondisi ini, tapi dikantor saya pun begitu banyak juga karyawan yang malas membaca, bahkan email yang berisi informasi kantor dan pekerjaan pun jarang dicek. Menjawab pertanyaan pembaca adalah kepuasan tersendiri bagi saya, dan akan selalu dilakukan dengan senang hati, tapi jika pertanyaan tersebut sudah dijelaskan, atau bisa dicari sendiri di Google (karena saya juga melakukan hal yang sama!), maka rasa senang menjawabnya berubah menjadi bete tingkat akut. 😂 Okeh menuju ke resep ayam panggang madu kali ini. Dulu, ketika awal ngeblog, resep ini pernah saya hadirkan, hanya saat itu hasilnya tidak maksimal. Ayam terlalu kering dan gelimangan madu yang seharusnya tampak berkilau dipermukaan ayam tidak terlihat. Ketika bersama keluarga mencicipi ayam bakar madu di restoran Mang Engking di Ancol kala Lebaran lalu, saya kesengsem dengan teksturnya yang so juicy, empuk, dan rasanya yang gurih. Keponakan saya, Fatih, langsung mengatakan ayam bakar madunya paling enak diantara menu lainnya.

Saya kemudian memasaknya ulang, berharap kali ini hasilnya akan lebih maksimal. Ayam panggang madu yang saya sajikan ini tentu saja agak berbeda dengan menu di resto. Di resep ini ayam saya ungkep terlebih dahulu bersama bumbu, baru kemudian dipanggang di oven, hasilnya tidak sejuicy ayam bakar resto. Saya yakin di resto ayam tidak diungkep terlebih dahulu, melainkan ayam yang telah dimarinade dengan bumbu langsung dibakar di atas bara api sambil diolesi dengan bumbu marinade yang diberi madu. Ayam yang tidak diungkep dan langsung dibakar atau digoreng memang memiliki tekstur lebih empuk dan juicy. Kuncinya jika anda hendak membuat ayam yang langsung dibakar seperti ini adalah ayam harus masih muda dan berukuran kecil sehingga mudah matang ketika hanya dibakar atau dipanggang saja. Walau tidak semaksimal yang saya inginkan, namun ayam panggang madu kali ini lebih sukses dari pada versi sebelumnya. Berikut resep dan prosesnya ya.

Resep modifikasi sendiri

Tertarik dengan olahan ayam simple lainnya? Silahkan klik link dibawah ya:

- 1 ekor ayam (negeri atau kampung), potong menjadi 10 bagian

- 3 siung bawang merah

- 3 siung bawang putih

- 2 sendok teh ketumbar bubuk

- 1/2 sendok teh garam

- 2 sendok makan kecap manis

- 1 sendok teh kaldu jamur / kaldu bubuk

- 250 ml air kelapa / air biasa

- 3 - 4 sendok makan madu

Siapkan ayam yang telah dipotong, cuci bersih, tiriskan. Masukkan ayam ke dalam panci / wajan, tambahkan bumbu halus, garam, kecap manis, kaldu jamur dan air kelapa. Aduk dan masak hingga air habis, ayam lunak dan matang. Jika ayam belum lunak sementara air telah habis, tambahkan sedikit air panas dan masak hingga ayam matang dan kuahnya benar-benar habis.

Masukkan madu, aduk cepat dan masak dengan api kecil hingga madu menempel dengan baik di permukaan ayam. Matikan api kompor.

Tata ayam di loyang beralaskan silpat, panggang di oven suhu 200'C selama 15 menit, atau hingga permukaannya tampak terbakar. Ayam juga bisa dipanggang dialat panggangan biasa.

Sajikan dengan nasi hangat.

×Close Kode referensi sudah berhasil didaftarkan.

Laporkan bahwa restoran sudah tutup atau info tidak akurat

Kota Malang terkenal dengan berbagai kuliner tradisional jawanya yang khas, seperti pecel, rawon, orem-orem dan nasi jagung. Salah satu kuliner yang bisa ditemui di berbagai belahan Nusantara namun juga memiliki ciri khas Malang juga, yaitu ayam panggang dan ayam bakar.

Di kota Malang, terdapat banyak spot yang menyajikan kuliner ayam panggang atau ayam bakar, seperti ayam panggang bumbu rujak.

Berikut 5 rekomendasi spot kuliner yang menyajikan menu ayam panggang dan ayam bakar yang umumnya sebagai kuliner saat di Malang.

Warung Lesehan H. Sholeh

https://www.youtube.com/embed/_pw8Xt1fosU

Salah satu warung legendaris yang sudah ada sejak tahun 90an, Warung Lesehan Pak Sholeh mempunyai dua cabang yaitu di Karangploso dan Pandaan. Buka mulai pukul 8 pagi sampai pukul 10 malam, warung ini sebenarnya terkenal dengan sajian ayam gorengnya yang khas gurih manis, namun tersedia juga ayam bakar.

Berkonsep restoran tradisional untuk keluarga, selain ayam juga ada menu ikan bandeng, udang goreng, ikan gurami, tempe penyet, sayur asem dan cah kangkungyang berkisar antara Rp30.000,00 – Rp50.000,00.

Itulah 5 spot kuliner di Malang yang menyediakan menu ayam bakar dan ayam panggang. Mana yang jadi favorit kalian? Silahkan tulis di kolom komentar ya.

Baca Juga: 6 Olahan Unik Martabak Telur di Kota Malang, Bikin Ngiler!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Lemak tak Jenuh Ganda

Lemak tak Jenuh Tunggal

Terakhir Diperbarui: 21 Agu 07 07.33 AM

Harap dicatat bahwa beberapa makanan mungkin tidak cocok untuk beberapa orang dan Anda disarankan untuk mencari nasehat dari ahli gizi sebelum memulai program pengurangan berat badan atau diet. Meskipun demikian, informasi yang disediakan di situs ini benar dan dapat dipercaya adanya, FatSecret tidak mewakili atau menjamin terhadap kelengkapan atau akurasi dan semua informasi, termasuk nilai gizi, sehingga penggunaannya menjadi resiko Anda sendiri. Semua merek dagang, hak cipta dan bentuk kekayaan intelektual lainnya adalah kepunyaan pemiliknya masing-masing.

Use left/right arrows to navigate the slideshow or swipe left/right if using a mobile device

Ayam Bakar Lientang

https://www.youtube.com/embed/3Rh0EHWCzj4

Buka mulai pukul 10 siang sampai 9 malam, Ayam Bakar Lientang mempunyai dua cabang di Malang yaitu di Sawojajar dan Kepanjen. Berkonsep rumah makan tradisional keluarga, Warung Ayam Bakar Lientang didominasi dengan menu-menu khas rumahan seperti, cah sawi putih, tauge ikan teri, kangkung balacan, gurami, sayur asem dan tentunya ayam bakar.

Seporsi ayam bakar cukup dibanderol dengan harga Rp18.750,00

Ayam Panggang Pak No

https://www.youtube.com/embed/j0A5NUR0jK0

Terletak di samping POM Bensin Sawahan, tepatnya Jl. Yulius Usman VI/192, Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen, Malang, Warung Ayam Panggang Pak No sudah menjadi legenda ayam panggang Kota Malang sejak 1960an. Dengan baluran bumbu rujak spesialnya yang khas, Pak No sudah memberikan warisan kuliner yang telah dinikmati dari generasi X sampai generasi Z Kota Malang.

Sehari, Pak No bisa menghabiskan hingga 75 ekor ayam untuk memenuhi permintaan konsumen. Setiap harinya operasional warung ini dipegang oleh anak dan cucu Pak No dan mulai melayani pembeli sejak pukul  9 pagi sampai 10 malam.

Seporsi ayam panggang disini dihargai Rp17.000,00, dengan pilihan dada atau paha. Selain itu, bagi yang berombongan, tersedia juga porsi satu ekor dengan harga Rp67.000,00.

Di samping ayam panggang, warung ini juga menyediakan satai ati ampela, kepala ayam, cah sawi kol, telur dadar ceplok hingga nasi goreng jawa.

Baca Juga: Resep Ayam Taliwang, Cukup Panggang di Atas Wajan Anti Lengket

Lanjutkan membaca artikel di bawah

https://www.youtube.com/embed/3GkOu09KvHE

Warung Ayam Panggang Sri terletak secara strategis di pujasera Stasiun Kota Baru Malang sehingga menjadi tujuan pertama para pelancong yang baru mendarat di kota ini. Uniknya, warung yang dulu mengawali perjalanannya sebagai warung kaki lima di tahun 2000, kini bersebelahan langsung dengan cabang stasiun dari warung ayam panggang legendaris Mbak SRIono d/h Mak Nyik Sun.

Buka 24 jam, ayam panggang di sini disajikan bersama kuah bumbu rujak beserta nasi yang seporsinya cukup ditebus dengan Rp17.000,00 saja.

Selain itu Warung Ayam Panggang Sri menyediakan bebek goreng, sate usus, nasi rawon, mujair, lele, tempe penyet, nasi campur, indomie, dan sate daging.